Jumat, 02 November 2018

Rindu Aga

Tiba-tiba saja malam ini aku rindu Aga. Bagaimana denganmu? 
Kok bisa? Pasti begitu tanyamu. Eits, hanya saja aku tidak menceritakannya padamu. Kalimat sebelum kalimat ini, hanya imajinasi andai saja aku bercerita padamu. Rumit, hehe. 

Tidak hanya Aga, aku merindukan suasana sore itu. Tentu kamu tau, aku bukan pecinta kopi, apalagi teman mengopi yang asyik. Tapi ternyata, kedai kopi bisa jadi satu dari sekian banyak kenangan kita. 

Kalau tidak salah ingat, kita duduk menghadap jalan sore itu. Kamu marah. Karena aku tertawa membalas pesan orang lain. Iya, aku salah. Hehe. Masih bisa tertawa aku saat itu. Kamu hanya cemberut. Duduk membelakangiku. 

Gerimis. Kemudian tiba-tiba saja menjadi deras. Yang aku ingat, hari itu sejak pagi hujan sudah membasahi kotamu. Kamu bilang sih kotamu dan kotaku ini beda. Padahal, jaraknya tak lebih jauh dari aku dan kamu saat ini. 

Tunggu, ini cerita soal rinduku pada Aga. Bagaimana kabar Aga? Pertama kali bertemu Aga, ganteng, yang aku pikirkan. Kamu marah, lagi. Aku lebih suka bermain dengan Aga di kedai kopi kesukaanmu. 

Rasanya, aku ingin menceritakan banyak sekali tentang Aga. Tapi sampai kalimat yang belum ingin aku akhiri ini, selalu ada tentangmu di setiap kenangan bersama Aga. Sepertinya tak hanya Aga, tak hanya kedai kopi, tapi aku juga merindukanmu. Hehe, maaf ya, Aga. 

Penutup ceritaku ini, aku yakin Aga hanya mengeong. Mengiyakan, tidak apa-apa jika aku merindukanmu. Bagaimana denganmu? Ah, sudahlah. Bagaimanapun, aku merindukan Aga. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar