"serasa sudah cukup, aku mengulang menyatukan kembali tiap-tiap serpihan hati yang telah dibuat rapih olehnya". Gisa terus menorehkan penanya diatas kertas warna-warni. tatapannya kosong. hatinya hancur saat ini.
"yaudah sekarang gimana enaknya?" tanya Gisa pada Radit.
"kita sampai sini aja. aku nggak mau terus-terusan nyakitin kamu. toh pada kenyataannya aku lebih bahagia sama Diva" ujar Radit. Gisa mengangguk. ia terus menahan agar air matanya tidak jatuh.
"yaudah. makasih dua tahunnya. makasih semuanya. longlast ya sama Diva" ujar Gisa sambil tersenyum. dengan berat ia melangkahkan kakinya meninggalkan Radit. Radit hanya menatap punggung Gisa.
"maaf Gis" ujar Radit kemudian memalingkan badannya.
Gisa memukul-mukul kepalanya. berharap kenangan buruk siang tadi hilang dari ingatannya. ia meletakkan penanya. kemudian membaringkan dirinya diatas kasur. ia memendamkan wajahnya dalam-dalam di bantal. kemudian ia mulai menangis sesenggukan. ia masih ingat betul dua tahun yang lalu. saat pertama kali Radit menyatakan perasaannya.
"Gis, aku sayang sama kamu. aku nyaman sama kamu. aku nggak tau kapan perasaan ini muncul. yang jelas, aku pingin jadi pacar kamu. kamu mau?" ujar Radit.
Gisa hanya terdiam. jantungnya berdebar cukup kencang.
"Dit, maaf. aku masih belum yakin sama perasaan ini. tapi, apa salahnya dicoba? aku juga nyaman sama kamu. tapi kalo sayang, aku masih belum sepenuhnya yakin" ujar Gisa menundukkan kepalanya. Radit menegakkan kembali kepala Gisa.
"bisa kita coba? aku bakal buktiin ke kamu kalo aku bisa jadi yang terbaik buat kamu" ujar Radit kemudian. Gisa tersenyum kemudian mengganggukkan kepalanya menandakan ia menerima cinta Radit. Radit terseyum lebar.
"Makasih Gis" ujar Radit sambil memeluk Gisa. Gisa hanya tersenyum. Semoga ini bukan pilihan yang salah, batin Gisa.
dua tahun bukan waktu yang lama untuk dua orang menjalani hubugan. selalu ada kerikil-kerikil kecil, bahkan batu-batu besar yang siap menerjang setiap orang.
"Dit, kamu akhir-akhir kok berubah ya? kenapa?" tanya Gisa sebulan yang lalu.
"berubah gimana sih? aku tetep kayak yang dulu" jawab Radit singkat. Gisa menatap dalam kearah Radit.
"Dit, liat aku! kamu kenapa?" tanya Gisa. suaranya gemetar. Radit memegang tangan Gisa.
"Gis, aku tetep yang dulu, tetep Radit yang sayang sama kamu" jawab Radit. Gisa merasa sedikit lega. kemudian ia menyandarkan kepalanya di bahu Radit. Radit menarik nafas panjang.
Bantal Gisa sudah basah oleh airmatanya. nafasnya serasa hampir habis. Gisa kembali menorehkan tinta-tinta di atas kertas warna-warninya. matanya sudah muali sembab. bisakah waktu dua tahun lalu diulang kembali? seandainya aku mengerti, bahwa tidak semua cinta bisa aku miliki dengan indah. seandainya aku mengerti, bahwa tidak selamanya orang yang aku sayang akan tetap menjagaku, menggenggam erat tanganku, mungkin aku tidak akan jatuh sesakit ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar